Melacak Bengkel Manusia Purba di Ngrijangan Pacitan (Bagian IV): Menguak Misteri Keramik China

Jumat, 21 Januari 2022 18:27 WIB

Penulis:Amirudin Zuhri

Gua Song Agung atau Song Terus
Gua Song Agung atau Song Terus (Ist)

PACITAN- Benda lain yang ditemukan dalam penggalian di Gua Song Agung adalah Kereweng yang berjumlah satu potong berukurang  panjang 2,4 cm, lebar 1,4 cm dan tebal 0.5cm. 

Penelitian berjudul ‘Gua Song Agung di Pacitan: Studi Pendahuluan Tentang Temuan dan Masa Huniannya yang dilakukan Goenadi Nitihaminoto dari Balai Arkeologi Yogyakarta tahun 1988 disebutkan  bagian luar dari kereweng berwarna abu-abu gelap kecokelatan. Sedangkan bagian dalam berwarna abu-abu kehitaman. 

Teknik pembuatannya menunjukkan penggunaan roda putaran. Kereweng ini berasal dari pecahan gerabah yang mungkin berupa mangkuk berdasar bulat.

Sedangkan untuk fragmen tulang, jumlah yang ditemukan sebanyak 26 potong. Setelah dilakukan identifikasi diketahui bahwa 17 potong helah momfosi; sisanya 7 potong masih sub fosil.  

Dari 17 potong tersebut 15 potoong berupa fosil tulang  Bovidai (kerbau,sapi) dan ursidae (beruang) dan dua  potong tulang lainnya berupa primates (macaca ap).  Pemecahan tulang ini sangat intensif, tampak seperti  disengaja.

Sementara tulang subfosil berasal dari tulang manusia  seperti tulang hasta, potongan tulang iga, dan tulang pengumpil. 

Temuan lain adalah dua fragmen tulang kerang yang telah  memofisl. Satu di antaranya tampak jauh lebih tua,  mungkin bersamaan dengan pengangkatand aerah itu atau  bersamaan dengan turunnya air laut. 

Sejumlah pendapat terkait temuan itu menyebutkan bahwa  dalam konteks teknologi alat batu. kedua jenis alat dariSong Agung termasuk dalam kategori alat non masif.  Hampir dapat dipastikan bahwa keduanya merupakan hasil  serpihan tangan manusia, karena masing-masing alat  memmpunyai dorsal dengan ebberapa faset penyerpihan  pembentukan dan mempunyai bagian ventral polos.

Adanya dataran pukul pada kedua alat tersebut  menunjukkan bahwa pelepasan tatal dari batu induknya dilakukan melalui teknik pemangkasan tidak langsung  dengan alat penghubung dan batu pukul. 

Dengan memperhatikan lokasi penemuan dari daerah Punung  dan ciri-cici teknologinya, alat-alat batu dari Song  Agung mempunyai kesempatan sama untuk dianggap sebagai  alat serpih dan bilah paleolitik (lebih dari 600.000 tahun) atau masa mesolitik (10.000 - 5.000). Juga bisa merupakan limbah produksi beliung persegi neolitik (masa bercocok tanam dimulai). 

Dari segi lingkungan, terutama tempat kedua alat itu  ditemukan di rockshelter maka kemungkinan kedua alat  tersebut dapat diperkirakan sebagai produk budaya mesolitik.

Kembali ke pertanyaan di tulisan sebelumnya lalu kenapa  ada potongan keramik yang berasal dari China di masa Dinasti Sung tahun 13M ? 

Umur keramik ini diperkirakan  700 tahun. Hasil analisa yang dilakukan keramik itu diperkirakan  sebagai wadah upacara karena pada waktu itu jumlah keramik ini tidak banyak, sehingga dianggap sebagai  barang mewah..

Selain dipergunakan untuk lambang status sosial karena keistimewaannya dapat pula digunakan sebagai wadah sesaji. Dikatakan bahwa keramik semacam ini pernah ditemukan di Trowulan Tuban, Kepanjen (Malang). Sulawesi Selatan,Werluka (Folres Barat), Muara Jambi, Kota Cina (Medan), Acah dan Kalimantan Barat.

Kereweng     dan  fragmen    keramik  asing yang  ditemukan  kemungkinan berasal dari  waktu yang sama. Kedua temuan ini merupakan bukti adanya kehidupan  di   gua tersebut. Kedua  temuan itu berasal  dari waktu yang  lebih muda yaitu abad 13M.   Bila   demikian maka mungkin  terdapat penghunian lagi  sesudah  penghunian manusia purba menghilang. 

Bagaimana bentuk hunian  itu dan sampai kapan  penghunian itu berlangsung, belum  dapat diketahui dengan pasti. Tetapi apabila perkiraan fungsi  gerabah dan keramik itu betul,     sebagai  wadah  upacara (sesaji), maka pada abad  13 M  tersebut orang  masih sering datang ke gua itu untuk melakukan  sesaji.  

Sesaji ini perlu   dilakukan karena  di kalangan masyarakat waktu itu mungkin terdapat kepercayaan bahwa  gua  ini ada  penunggunya, sehingga perlu diberi sesaji  supaya jangan    marah.   Dapat juga mereka beranggapan bahwa gua tersebut merupakan  tempat  roh nenek moyang  mereka,    sehingga   per lu diberi    sesaji   sebagai    sarana    penghormatan. 

Lalu bagaimana dengan tulang manusia yang ditemukan? Berasal dari masa apa? kita akan lanjutkan ke tulisan berikutnya. (Bersambung)