Halo Berita

Setuju Enggak? Empat Drama Korea Ini Dianggap Paling Kontroversial

  • TAK Selamanya serial drama korea atau drakor metaup sukses di pasaran. Ada kalanya beberapa drakor itu dianggap kontroversial hingga mengundang petisi dan dibic
Halo Berita
Amirudin Zuhri

Amirudin Zuhri

Author

PACITAN-Tidak slamanya serial drama korea atau drakor metaup sukses di pasaran. Ada kalanya beberapa drakor itu dianggap kontroversial hingga mengundang petisi dan dibicarakan banyak orang.

Tapi ada juga yang mengundang kritikan serius, tapi tak sampai merebak luas. Bisa dibilang, beberapa drama yang masuk kategori terakhir tersebut beruntung, karena kontroversinya tak sampai beredar luas di masyarakat dan membuat penonton menjadi antipati. 


Alih-alih, drama-drama itu tetap populer dan termasuk dalam deretan drama legendaris. Berikut ini drama-drama yang dimaksud.

1. Spy Myung Wol (2011)

Drama ini mendapat kontroversi bukan karena ceritanya, tapi karena aktris pemeran utamanya, Han Ye-seul, kabur ke Los Angeles di tengah proses syuting. Saat itu, ia mengatakan bahwa kondisi di lokasi syuting sangat buruk. Meski begitu, dua hari kemudian dia kembali lagi dan meminta maaf.

Dia mengatakan bahwa ada kesalahpahaman yang membuatnya pergi dari lokasi syuting. Setelah tayang, meski rating dramanya tak terlalu tinggi - tak pernah menembus angka 10%- tapi cukup positif diterima masyarakat.
 

2. Goblin (2016-2017)

Drama yang punya judul lengkap Guardian: The Lonely and Great God ini dibintangi dua bintang beken Korea, Gong Yoo dan Kim Go-eun. Tak banyak yang tahu bahwa drama sukses ini banyak dikritik pengamat budaya dan drama. Kritik utama mengarah pada penggambaran karakter yang diperankan Go-eun, yaitu Ji Eun-tak.

Ia digambarkan sebagai gadis berusia 19 tahun yang bergantung para pria yang usianya sangat jauh darinya (karakter yang diperankan Gong Yoo).

"Fantasi ini membuat masyarakat tidak merasa aneh atau merasa bersalah melihat seorang remaja perempuan punya hubungan romantis dengan pria yang jauh lebih tua usianya," ujar kritikus Hwang Jin-mi dalam kolom yang ditulisnya, mengutip dari The Korea Herald.

Ji Eun-tak juga disebut tak bisa lepas dari karakter stereotip ala Cinderella, yang menginginkan seorang pria menyelamatkan hidupnya. Ini disebut bisa memengaruhi para perempuan untuk menggantungkan hidup pada pasangannya, dan mengabaikan kekuatan yang ada di dalam dirinya.
 

Kontroversi lainnya adalah soal penempatan iklan yang 'brutal', misalnya para karakter yang selalu makan ayam dari produk yang sama selama berhari-hari, juga nama merek yang disorot dengan jelas oleh kamera.

Meskipun iklan yang muncul dalam adegan drama adalah hal yang lazim, tapi penempatannya dianggap berlebihan hingga bisa mengacaukan konsentrasi penonton.

3. My Mister (2018)

My Mister dibintangi IU, dan jadi drama yang dipuji karena ceritanya apik. Meski begitu, persoalan beda usia yang jauh juga sempat menjadi kontroversi saat drama ini akan ditayangkan. Sinopsisnya menceritakan seorang perempuan berusia 20-an tahun bertemu dengan pria berusia 40-an tahun.

Masyarakat lantas curiga bahwa My Mister akan melibatkan percintaan antara mereka, layaknya Goblin yang tayang setahun sebelumnya. Namun IU lewat siaran Vlive mengatakan bahwa ini bukan cerita tentang cinta romantis, melainkan kisah tentang hubungan antarmanusia. Pada akhirnya, yang dikatakan IU memang benar. Namun drama ini tetap mendapat kritikan saat karakter yang dibawakan IU dihajar oleh seorang lintah darat.

4. Squid Game (2021)

Drama fenomenal ini ternyata juga mengundang kritikan dari ahli budaya, lagi-lagi soal penggambaran karakter perempuannya. Juru bicara organisasi feminis Haeil, Shim Hae-in, malah menyebut serial ini sebagai ancaman bagi perempuan.

"Ada adegan saat seorang penjaga mengatakan ada mayat peserta perempuan yang diperkosa beramai-ramai. Adegan ini lalu hilang tanpa ada informasi lanjutan," ujarnya, mengutip Al Jazeera.

Keberatan berikutnya adalah pada penggambaran karakter perempuan yang merupakan orang tua tunggal, Mi-nyeo.

Ia digambarkan mengorbankan tubuhnya sebagai barter agar mendapat perlindungan dari pemain yang juga anggota gangster Deuk-su.

"Debatnya bukan pada apakah yang dilakukannya sesuatu yang realistis, tapi pada apa artinya 'kekuatan seksual dan bagaimana hal tersebut bisa dilakukan dalam kehidupan nyata'," ujar Ju Hui Judy Han, asisten profesor dalam studi gender di University of California, Los Angeles (UCLA).

"Mi-nyeo adalah perempuan badass dengan jalannya sendiri, tapi apakah dia dianggap penonton sebagai pahlawan? Aku tidak yakin. Tapi aku berharap orang seperti dia bisa menjadi karakter utama," ungkapnya yang berharap ada gambaran yang lebih layak untuk kaum minoritas seperti Mi-nyeo.

Lebih jauh, Shim Hae-in membandingkannya dengan karakter utama pria Gi-hun. Meski ia digambarkan sebagai anak, ayah, dan suami yang gagal, tapi penonton tetap bisa bersimpati padanya karena karakternya digali lebih dalam.  

Sementara Mi-nyeo lebih sering digambarkan sebagai karakter 'perempuan gila' tanpa ada cerita tentang perjuangannya sebagai orang tua tunggal. 

"Stereotip ini bisa dianggap sebagai sesuatu yang normal di tengah masyarakat," katanya.

Tulisan ini telah tayang di jogjaaja.com oleh Ties pada 10 Feb 2022