PACITAN-Perjalanan Luluk Diana Triwijayana hingga bisa berangkat ke Meksiko untuk kemudian mengibarkan Merah Putih di ajang IWF Youth Championship 2022 tidak terjadi begitu saja. Dia harus menjalani pemantauan dan seleksi ketat.
Samsuri, pelatih angkat besi Bina Satria Punung yang memayungi Luluk mengatakan sebelum dipiluuh Luluk sudah dipantau sejak 2 tahun oleh PABSI Pusat.
“ Setiap atlet punya catatan pertandingan. Dari situlah Luluk masuk daftar opsi atlet yang akan dikirimkan dalam IWF Youth Championship 2022,” kata Samsuri kepada Halopacitan Jumat (1/7/2022) lalu.
Karena angkat besi merupakan olahraga yang terukur, dari beberapa atlet yang sudah dipantau sudah bisa dihitung siapa yang akan dikirim. Selain itu secara administrasi Luluk ini sudah didaftarkan di WADA yaitu organisasi anti doping. “Dari beberapa syarat dan ketentuan itulah akhirnya Luluk bisa dipilih,” terang Samsuri,
Samsuri juga mengatakan untuk menjadi atlet angkat besi itu butuh dicetak. Di Pacitan sendiri biasanya diadakan program pencarian bakat untuk atlet angkat besi tiap tahunnya.
“Untuk memilih atlet angkat besi ada beberapa parameter yang menjadi standar. Seperti dilihat anatomi tubuhnya, contoh panjang tungkainya memenuhi atau tidak, kemudian kita tes vertikal jump, dari situ akan muncul hasilnya sesuai atau tidak seperti itu. Karena olahraga angkat besi adalah olahraga yang terukur,” kata Samsuri.
Saat ini jumlah atlet di klub Bina Satria Punung Ada 4 atlet yang aktif menjalani latihan rutin setiap harinya. Mereka juga tinggal di asrama. Ini memudahkan pelatih memantau perkembangan setiap harinya.
Samsuri, juga menceritakan sejarah adanya olahraga angkat besi di Pacitan hingga bagaimana mempertahankan tradisi emas di Porprov Jawa Timur.
“Awalnya dulu saya adalah pengurus di PABSI pusat, di Jakarta. Karena olahraga angkat besi ini adalah olahraga yang terukur, jadi dari PABSI pusat ini sudah meneliti dan ternyata demografi Pacitan sama seperti di Lampung. Dari situlah diminta dibentuk klub angkat besi di Pacitan tahun 2002,” katanya.
Sejak tahun itu dimulailah pencarian bakat, dan pelatihan pembibitan atlet. Namun ada hambatan karena atlet angkat besi kerap memiliki pandangan negatif di masyarakat. Salah satunya anggapan anaknya jadi pendek.
“Akhirnya kami mencari sosok atau ikon atlet angkat besi. Pada Porprov Jatim 2011 Tim angkat besi Pacitan berhasil mendapat 3 medali emas atas nama Dwi. Dari situlah, angkat besi mulai menjanjikanlah, dan di porprov berikutnya menyumbang emas,” terang Samsuri.
Pembinaan yang dilakukan oleh Samsuri ini tak selalu berjalan mulus, padahal tiap tahunnya harus ada generasi yang dicetak untuk menjadi atlet angkat besi. Ada banyak tantangan yang dihadapinya. Mulai dari harus pandai berkomunikasi menggunakan bahasa yang mudah dipahami atlet, memahami kondisi atlet.
Samsuri juga menanggapi respon pemerintah Kabupaten Pacitan atas raihan dan capaian prestasi atlit angkat besi Pacitan.
“Dengan hasil yang kita capai ini kami berterimakasih, atas dukungan masyarakat Pacitan dan khususnya masyarakat Sooka Punung. Kami (Tim Angkat Besi Pacitan) berharap kerjasama yang saat ini sudah berjalan dengan pemerintah untuk ditingkatkan,” katanya. (Selesai)
Simak tulisan sebelumnya:
Perjalanan Luluk Diana Tri Wijayana (I): Dari Bilah Bambu Menuju Juara Dunia
Perjalanan Luluk Diana Tri Wijayana (II): Membangun Mimpi Besar di Olimpade